Bertepatan dengan perayaan Natal tanggal 25 Desember kemarin, China lewat pemberitaan resmi dari National Press and Publication (NPPA) mengumumkan kabar gembira terhadap berlakunya 105 lisensi game baru yang siap beroperasi.
Meskipun sebelumnya sempat memberlakukan aturan baru terhadap pembatasan rewards di dalam game, China tetap konsisten mendukung perkembangan industri gaming yang tengah marak beberapa tahun terakhir dengan tetap mengupayakan tindakan keamanan yang sinergis bagi masyarakat.
Berdasarkan informasi dari NPPA pada hari Senin lalu, ini merupakan kali pertama China memberikan izin terhadap lebih dari 100 judul game untuk beroperasi. Beberapa judul game yang termasuk dalam gelombang izin terbaru ini meliputi Assault Fire: Future dari Tencent Holdings, dan dua dari NetEase yang berjudul Lost Light dan Sifangyuzhishi.
Total agregat lisensi game di China saat ini berhasil mencapai sekitar 1.076 judul. Angka ini mencerminkan pertumbuhan yang signifikan dan proyeksi pasar yang menjanjikan dalam industri game di negeri Tirai Bambu dari tahun 2021 hingga menjelang tahun 2024 ke depannya.
Data dari NPPA juga menunjukkan bahwa penjualan game dalam negeri mencapai US$35,9 miliar (atau sekitar Rp553 triliun) pada tahun 2023, dengan peningkatan sebesar 15,29% setiap tahunnya. Seiring dengan pertumbuhan dalam negeri, penjualan di pasar internasional juga sukses menembus angka US$16,3 miliar (atau sekitar Rp251 triliun) pada tahun ini.
Fakta ini semakin memperkuat keterkaitan antara kontribusi industri game yang saat ini menjadi elemen kunci dalam mendorong lonjakan ekonomi baru di sektor teknologi di China. Jika dibandingkan dengan tahun 2022, lonjakan angka ini memang di luar perkiraan.
Meskipun begitu, NPPA juga menegaskan bahwa China masih berfokus pada penguatan sektor industri game melalui masukan dan pertimbangan dari masyarakat. Salah satunya adalah melakukan kajian ulang terhadap aturan larangan terbaru yang diberlakukan beberapa hari lalu.
Anjloknya Saham Dua Perusahaan Game Besar Akibat Larangan Rewards Terbaru di China
Baru empat hari yang lalu, China mengeluarkan aturan ketat terkait monetisasi in-game. Aturan-aturan tersebut mencakup pembatasan penggunaan uang di dalam permainan, larangan memberikan reward untuk login harian atau pembelian pertama, serta melarang fitur undian berhadiah atau gacha kepada anak di bawah umur. Tidak hanya itu, pemerintah juga mewajibkan setiap perusahaan pengembang game untuk menyimpan server mereka di China.
Imbas larangan yang secara efektif akan menetapkan batas pengeluaran untuk game online, akhirnya memicu kepanikan di kalangan para investor dan secara bersamaan mengakibatkan anjloknya saham milik sejumlah perusahaan game besar.
Melihat dari pergerakan saham per hari ini (26/12/23), Tencent Holdings Ltd mengalami penurunan hingga 12.35%, sementara saingannya NetEase juga mengalami hal serupa yaitu anjlok hingga 16.07% setelah pemberlakuan larangan tersebut.
Meskipun Tencent dan NetEase mengonfirmasi bahwa pembatasan aturan ini tidak berdampak besar pada bisnis mereka, keduanya sepakat mendukung kebijakan pemerintah dengan berpartisipasi dalam proses kajian publik yang akan berlangsung hingga 22 Januari 2024 mendatang.